Mbak Naomi Yth,
Saya gadis berusia 30 tahun dan belum menikah. Usia yang seharusnya cukup pantas (bahkan terlambat) untuk menikah. Sebenarnya ada sih rekan kerja satu kantor yang membuat saya tertarik dan jatuh cinta. Tapi saya hanya memendam perasaan ini dan tak punya keberanian untuk menunjukkannya. Saya takut ditolak karena merasa diri ini tak punya kelebihan apa-apa.
Beberapa waktu yang lalu adik saya yang perempuan bertanya pada saya, apakah dalam waktu dekat ini saya ada rencana menikah. Jika tidak, ia akan bilang pada orang tua kami akan dilamar pacarnya untuk menikah. Pedih rasanya hati ini mendengarnya, Mbak. Tapi saya berusaha tetap kuat agar terlihat baik-baik saja, dan menyetujui rencana adik saya. Padahal dalam hati saya sebenarnya tidak ingin semua ini terjadi. Saya malu pada orang-orang, takut dikatakan perawan tua. Bagaimana nanti pas adik saya menikah, Mbak?
Nn. RK – Madiun.
Sdri RK yang baik,
Menikah merupakan proses pertemuan dua orang yang cocok, kemudian hidup bersama. Untuk itu Anda harus bisa meyakinkan diri Anda, bahwa giliran Anda memang belum sampai. Jadi, menikah bukanlah urut tua seperti yang dipersepsikan selama ini, dimana yang lebih tua harus lebih dulu menjalaninya. Menikah lebih merupakan masalah waktu, dan setiap orang punya waktunya sendiri-sendiri sesuai dengan kehendak Sang Pencipta. Demikian juga soal label “Perawan Tua”, rasanya tak ada patokan usia yang sah untuk menetapkannya.
Di desa usia 20 tahun bisa dikatakan cukup matang untuk menikah, lho. Bahkan mungkin suudah terlambat. Tapi di kota besar yang berpikirnya sudah modern, usia 30 bagi wanita adalah biasa jika belum menikah karena masih sibuk mengejar kariernya. Nah, maka bukalah pikiran Anda agar memiliki cara berfikir yang luas dan modern. Meratapi nasib dan menyalahkan diri terus menerus bukanlah cara penyelesaian bijak, bahkan merugikan diri sendiri. Justru dengan adanya masalah ini Anda harus bangkit dan semangat untuk lebih meningkatkan potensi diri. Buatlah para lelaki tertarik pada Anda, karena Anda adalah wanita optimisme, punya perhatian terhadap lingkungan, dan punya selera humor. Berusahalah dan jangan selalu merasa diri kurang sempurna.
Soal bagaimana menghadapi pernikahan adik, Anda harus jujur pada diri Anda sendiri dan keluarga mengenai perasaan Anda. Tak perlu terlihat sok kuat dan akhirnya malah merugikan diri sendiri. Salam hangat.
Saya gadis berusia 30 tahun dan belum menikah. Usia yang seharusnya cukup pantas (bahkan terlambat) untuk menikah. Sebenarnya ada sih rekan kerja satu kantor yang membuat saya tertarik dan jatuh cinta. Tapi saya hanya memendam perasaan ini dan tak punya keberanian untuk menunjukkannya. Saya takut ditolak karena merasa diri ini tak punya kelebihan apa-apa.
Beberapa waktu yang lalu adik saya yang perempuan bertanya pada saya, apakah dalam waktu dekat ini saya ada rencana menikah. Jika tidak, ia akan bilang pada orang tua kami akan dilamar pacarnya untuk menikah. Pedih rasanya hati ini mendengarnya, Mbak. Tapi saya berusaha tetap kuat agar terlihat baik-baik saja, dan menyetujui rencana adik saya. Padahal dalam hati saya sebenarnya tidak ingin semua ini terjadi. Saya malu pada orang-orang, takut dikatakan perawan tua. Bagaimana nanti pas adik saya menikah, Mbak?
Nn. RK – Madiun.
Sdri RK yang baik,
Menikah merupakan proses pertemuan dua orang yang cocok, kemudian hidup bersama. Untuk itu Anda harus bisa meyakinkan diri Anda, bahwa giliran Anda memang belum sampai. Jadi, menikah bukanlah urut tua seperti yang dipersepsikan selama ini, dimana yang lebih tua harus lebih dulu menjalaninya. Menikah lebih merupakan masalah waktu, dan setiap orang punya waktunya sendiri-sendiri sesuai dengan kehendak Sang Pencipta. Demikian juga soal label “Perawan Tua”, rasanya tak ada patokan usia yang sah untuk menetapkannya.
Di desa usia 20 tahun bisa dikatakan cukup matang untuk menikah, lho. Bahkan mungkin suudah terlambat. Tapi di kota besar yang berpikirnya sudah modern, usia 30 bagi wanita adalah biasa jika belum menikah karena masih sibuk mengejar kariernya. Nah, maka bukalah pikiran Anda agar memiliki cara berfikir yang luas dan modern. Meratapi nasib dan menyalahkan diri terus menerus bukanlah cara penyelesaian bijak, bahkan merugikan diri sendiri. Justru dengan adanya masalah ini Anda harus bangkit dan semangat untuk lebih meningkatkan potensi diri. Buatlah para lelaki tertarik pada Anda, karena Anda adalah wanita optimisme, punya perhatian terhadap lingkungan, dan punya selera humor. Berusahalah dan jangan selalu merasa diri kurang sempurna.
Soal bagaimana menghadapi pernikahan adik, Anda harus jujur pada diri Anda sendiri dan keluarga mengenai perasaan Anda. Tak perlu terlihat sok kuat dan akhirnya malah merugikan diri sendiri. Salam hangat.
0 komentar:
Posting Komentar